Wednesday, August 26, 2015

Pengalaman PI

Saat ibu bermain ke Bandung untuk beberapa hari, aku menyempatkan untuk membagikan Injil. Ibuku bukan berasal dari keluarga Kristen, dia menjadi seorang Kristen ketika menikah dengan Ayah. Ibu jarang membicarakan mengenai hal rohani secara pribadi.
Malam hari setelah kami berjalan-jalan, aku mengajak ibu mengobrol santai. Berawal dari mengenalkan rencana Allah itu baik, setelah itu tentang kejatuhan dosa. Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka banyak usaha manusia untuk mencapai segambar dan serupa dengan Allah. Namun tidak ada yang dapat mencapai hal itu. Sehingga dengan inisiatif Allah, maka Anak-Nya yang tunggal turun ke dunia untuk menebus dosa manusia. Dialah satu-satunya Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Setelah itu menjelaskan bahwa harus ada respon.
Namun respon ibu hanya iya,iya saja tanpa ada percakapan yang lebih panjang. Satu hal yang ingin aku bagikan dari pengalaman ini, bahwa penginjilan juga perlu dilatih namun bukan berarti seseorang menerima Kristus itu berkat kekuatan dan kecakapan kita. Tetap keselamatan adalah anugerah dan kedaulatan Allah.

Suatu hari lain, aku mengucapkan selamat ulang tahun ke sahabatku. Dia kuliah di Jember, karena jarak yang jauh, aku mengucapkan melalui telepon.
Tiba di pertanyaan
A : Apa harapanmu?
R : Masuk surga
A : (aku didalam hati terkejut, namun ini sukacita. Aku mendoakan dia tentang ini) seriusan mau masuk surga?
R : iya, kenapa?
A : aku tau caranya, kamu mau dengar?
R : gimana tuh?
Aku mulai menjelaskan tentang Allah itu baik dan punya rencana baik.
Dia setuju bahwa setiap manusia jatuh dalam dosa.
Tapi ketika masuk tentang usaha manusia itu tidak dapat menyelamatkan, kami mengalami perdebatan.
Aku mulai menjelaskan mengenai perumpamaan tentang seorang yang tenggelam di lumpur, kue dengan telur busuk, menghitung perbandingan perbuatan baik dan jahat tiap harinya.
Namun dia belum dapat menerima hal itu.